Minggu, 29 Juli 2012

Pendahuluan : STUDI PENERAPAN MANAJEMEN KONSTRUKSI PADA PROYEK PEMBANGUNAN BANDARA (Studi Kasus : Bandara International Lombok)


STUDI PENERAPAN MANAJEMEN KONSTRUKSI
PADA PROYEK PEMBANGUNAN BANDARA
(Studi Kasus : Bandara International Lombok) *)

Hamdi M**) 

A.    Latar Belakang
Dalam menunjang perkembangan suatu daerah, banyak  faktor-faktor yang perlu dibenahi baik itu berupa sarana maupun prasarana pendukung. Salah satu faktor penunjang suatu perkembangan suatu daerah adalah keberadaan sistem transportasi yang memadai yang dapat mendukung mobilisasi penduduk.
Bandar udara merupakan salah satu infrastruktur penting yang diharapkan dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi masyarakat. Bandar udara berfungsi sebagai simpul pergerakan penumpang atau barang dari transportasi udara ke transportasi darat atau sebaliknya. Meningkatkan pergerakan penumpang dan barang diharapkan dapat menciptakan peningkatan perekonomian. Karena alasan itulah pemerintah provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) merancang dan mewujudkan pembangunan Bandar udara baru bertaraf internasional sebagai pengganti Bandara Selaparang yang perlu ditingkatkan kapasitasnya.
Salah satu mega proyek yang ada di Nusa Tenggara Barat ini dipandang sangat strategis akan mampu mendongkrak perekonomian di Nusa Tenggara Barat karena potensi pariwisata di pulau Lombok memiliki prospek yang menjanjikan di masa mendatang. Pembangunan Bandara International Lombok ini juga merupakan salah satu alternatif untuk mempermudah akses wisata menuju pulau Lombok dan sekitarnya. Alasan lain dibangunnya Bandara International Lombok adalah rencana dijadikan embarkasi calon jamaah haji wilayah Bali–Nusra.
Pembangunan Bandara International Lombok yang lokasinya di Desa Tanak Awu kecamatan Pujut Kabupaten Lombok Tengah Provinsi NTB mulai dibangun pada bulan November 2005 dan selesai tahun 2011. Pada tahap rencana pembangunan Bandara International Lombok direncanakan rampung 4 (empat) tahun, yaitu sampai tahun 2009. Namun dalam pelaksanaan mega proyek ini menghadapi keterlambatan 2 (dua) tahun dari target waktu yang direncanakan, dimana Bandara International Lombok dinyatakan selesai pada bulan November 2011 dengan pembengkakan biaya lebih dari 40 % dari total biaya yang direncananakan.
Dalam pelaksanaan proyek konstruksi tidak terlepas dari kendala ataupun kegagalan konstruksi. Terjadinya keterlambatan pada proyek Bandara International Lombok ini yang disebabkan oleh berbagai faktor, baik faktor yang bersifat teknis maupun non teknis. Kegagalan konstruksi dapat disebabkan oleh rendahnya kinerja ataupun produktiftas para tenaga kerja dan juga perencanaan proyek yang kurang matang. Walaupun kegagalan tersebut tidak dapat dilihat secara nyata, namun jika berlangsung dengan intensitas yang besar dan terus-menerus maka kegagalan tersebut dapat terakumulasi dan dampaknya akan terlihat pada akhir proyek, misalnya saja keterlambatan pengerjaan proyek dari jadwal yang direncanakan dan penambahan anggaran biaya dari yang semula direncanakan. Segala sesuatu di dalam suatu proyek yang tidak menambah nilai, sebaliknya menambah biaya disebut dengan pemborosan (waste).
Ketidakproduktifan inilah yang pada akhirnya tidak dapat memberi nilai tambah pada produk akhir atau lebih dikenal dengan istilah Non Value-Adding Activities, yang di dalam dunia konstruksi disebut sebagai waste. Faktor lain yang menyebabkan adanya Non Value-Adding Activities adalah ketidakefektifan oleh beberapa faktor yang terlibat dalam pelaksanaan proyek, yaitu dikenal dengan istilah 5M (Man, Money, Method, Machine, and  Material), sehingga dapat memicu keterlambatan dalam penyelesaian proyek. Tidak adanya perencanaan yang baik dan terstruktur juga merupakan salah satu faktor yang berpengaruh pada terlambatnya proses konstruksi, yang selanjutnya dapat berakibat pada berkurangnya kepercayaan masyarakat, dalam hal ini adalah owner terhadap kinerja dari penyedia jasa konstruksi.
Setiap proyek konstruksi pada umumnya mempunyai rencana pelaksanaan dan jadwal pelaksanaan yang tertentu, kapan pelaksanaan proyek tersebut harus dimulai, kapan harus diselesaikan, bagaimana proyek tersebut akan dikerjakan, serta bagaimana penyediaan sumber dayanya. Pembuatan rencana suatu proyek konstruksi selalu mengacu pada perkiraan yang ada pada saat rencana pembangunan tersebut dibuat, karena itu masalah dapat timbul apabila ada ketidaksesuaian antara rencana yang telah dibuat dengan pelaksanaannya. Sehingga dampak yang sering terjadi adalah keterlambatan waktu pelaksanaan proyek yang dapat juga disertai dengan meningkatnya biaya pelaksanaan proyek tersebut.
Menurut Andi et al. (2003), secara umum faktor-faktor yang potensial untuk mempengaruhi waktu pelaksanaan konstruksi terdiri dari tujuh kategori,  yaitu tenaga kerja, bahan (material), peralatan (equipment), karakteristik tempat  (site characteristics), manajerial (managerial), keuangan (financial), faktor-faktor lainnya antara lain intensitas curah hujan, kondisi ekonomi, dan kecelakaan kerja. Sedangkan menurut Proboyo (1999), secara umum keterlambatan proyek sering terjadi karena adanya perubahan perencanaan selama proses pelaksanaan, manajerial yang buruk dalam organisasi kontraktor, rencana kerja yang tidak tersusun dengan baik/terpadu, gambar dan spesifikasi yang tidak lengkap, ataupun kegagalan kontraktor dalam melaksanakan pekerjaan.
Proyek konstruksi merupakan suatu rangkaian kegiatan yang hanya dilaksanakan satu kali dan umumnya memiliki jangka waktu yang pendek. Dalam rangkaian kegiatan tersebut, terdapat suatu proses yang mengolah sumber daya proyek menjadi suatu hasil kegiatan yang berupa bangunan. Proses yang terjadi dalam rangkaian kegiatan tersebut tentunya melibatkan pihak-pihak yang terkait, baik secara langsung maupun tidak langsung. Hubungan antara pihak-pihak yang terlibat dalam suatu proyek dibedakan atas hubungan fungsional dan hubungan kerja.
Untuk melaksanakan sebuah proyek konstruksi diperlukan pengelolaan proyek konstruksi yang baik, sehingga kegagalan yang sifatnya teknis pada biaya, waktu, dan kualitas pekerjaan proyek dapat diatasi. Salah satu metode pengelolaan yang dapat diterapkan adalah Manajemen Konstruksi. Manajemen konstruksi adalah suatu ilmu manajemen yang terdiri dari 3 (tiga) fungsi utama, yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan (construction/ implementing), dan pengendalian (controlling) yang terintegrasi sebagai suatu sistem yang harus dilakukan, untuk mencapai sasaran dari suatu proyek yaitu biaya (cost), waktu (time), dan mutu (quality) agar sesuai dengan persyaratan yang ditentukan. (Imam Soeharto, 1995).
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis merasa tertarik untuk melakukan sebuah penelitian tesis yang berjudul : Studi Penerapan Manajemen Konstruksi Pada Proyek Pembangunan Bandara (Studi Kasus : Bandara International Lombok)”


*) Judul Tesis
**) Mahasiswa Program Magister Teknik Sipil Pada Fakultas Teknik Universitas Brawijaya - Malang angkatan 2011

1 komentar:

  1. apa ada studi literaturnya Pak?
    salam kenal denny T.sipil ITS

    BalasHapus