STUDI PENERAPAN
MANAJEMEN KONSTRUKSI
PADA PROYEK
PEMBANGUNAN BANDARA
(Studi Kasus :
Bandara International Lombok) *)
Hamdi M**)
A.
Latar Belakang
Dalam menunjang perkembangan suatu daerah, banyak faktor-faktor yang perlu dibenahi baik itu
berupa sarana maupun prasarana pendukung. Salah satu faktor penunjang suatu
perkembangan suatu daerah adalah keberadaan sistem transportasi yang memadai
yang dapat mendukung mobilisasi penduduk.
Bandar udara merupakan salah satu infrastruktur penting yang
diharapkan dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi masyarakat. Bandar udara
berfungsi sebagai simpul pergerakan penumpang atau barang dari transportasi
udara ke transportasi darat atau sebaliknya. Meningkatkan pergerakan penumpang
dan barang diharapkan dapat menciptakan peningkatan perekonomian. Karena alasan
itulah pemerintah provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) merancang dan mewujudkan
pembangunan Bandar udara baru bertaraf internasional sebagai pengganti Bandara
Selaparang yang perlu ditingkatkan kapasitasnya.
Salah satu mega proyek yang ada di Nusa Tenggara Barat ini
dipandang sangat strategis akan mampu mendongkrak perekonomian di Nusa Tenggara
Barat karena potensi pariwisata di pulau Lombok memiliki prospek yang
menjanjikan di masa mendatang. Pembangunan Bandara International Lombok ini
juga merupakan salah satu alternatif untuk mempermudah akses wisata menuju
pulau Lombok dan sekitarnya. Alasan lain dibangunnya Bandara International
Lombok adalah rencana dijadikan embarkasi calon jamaah haji wilayah Bali–Nusra.
Pembangunan Bandara International Lombok yang lokasinya di
Desa Tanak Awu kecamatan Pujut Kabupaten Lombok Tengah Provinsi NTB mulai
dibangun pada bulan November 2005 dan selesai tahun 2011. Pada tahap rencana
pembangunan Bandara International Lombok direncanakan rampung 4 (empat) tahun,
yaitu sampai tahun 2009. Namun dalam pelaksanaan mega proyek ini menghadapi
keterlambatan 2 (dua) tahun dari target waktu yang direncanakan, dimana Bandara
International Lombok dinyatakan selesai pada bulan November 2011 dengan pembengkakan
biaya lebih dari 40 % dari total biaya yang direncananakan.
Dalam pelaksanaan proyek konstruksi tidak terlepas dari kendala
ataupun kegagalan konstruksi. Terjadinya keterlambatan pada proyek Bandara
International Lombok ini yang disebabkan oleh berbagai faktor, baik faktor yang
bersifat teknis maupun non teknis. Kegagalan konstruksi dapat disebabkan oleh
rendahnya kinerja ataupun produktiftas para tenaga kerja dan juga perencanaan
proyek yang kurang matang. Walaupun kegagalan tersebut tidak dapat dilihat
secara nyata, namun jika berlangsung dengan intensitas yang besar dan terus-menerus
maka kegagalan tersebut dapat terakumulasi dan dampaknya akan terlihat pada
akhir proyek, misalnya saja keterlambatan pengerjaan proyek dari jadwal yang
direncanakan dan penambahan anggaran biaya dari yang semula direncanakan. Segala
sesuatu di dalam suatu proyek yang tidak menambah nilai, sebaliknya menambah
biaya disebut dengan pemborosan (waste).
Ketidakproduktifan inilah yang pada akhirnya tidak dapat memberi
nilai tambah pada produk akhir atau lebih dikenal dengan istilah Non Value-Adding Activities, yang di
dalam dunia konstruksi disebut sebagai waste. Faktor lain yang menyebabkan adanya
Non Value-Adding Activities adalah
ketidakefektifan oleh beberapa faktor yang terlibat dalam pelaksanaan proyek,
yaitu dikenal dengan istilah 5M (Man, Money,
Method, Machine, and Material),
sehingga dapat memicu keterlambatan dalam penyelesaian proyek. Tidak adanya perencanaan
yang baik dan terstruktur juga merupakan salah satu faktor yang berpengaruh
pada terlambatnya proses konstruksi, yang selanjutnya dapat berakibat pada
berkurangnya kepercayaan masyarakat, dalam hal ini adalah owner terhadap
kinerja dari penyedia jasa konstruksi.
Setiap proyek konstruksi pada umumnya mempunyai rencana
pelaksanaan dan jadwal pelaksanaan yang tertentu, kapan pelaksanaan proyek
tersebut harus dimulai, kapan harus diselesaikan, bagaimana proyek tersebut
akan dikerjakan, serta bagaimana penyediaan sumber dayanya. Pembuatan rencana
suatu proyek konstruksi selalu mengacu pada perkiraan yang ada pada saat
rencana pembangunan tersebut dibuat, karena itu masalah dapat timbul apabila
ada ketidaksesuaian antara rencana yang telah dibuat dengan pelaksanaannya.
Sehingga dampak yang sering terjadi adalah keterlambatan waktu pelaksanaan
proyek yang dapat juga disertai dengan meningkatnya biaya pelaksanaan proyek
tersebut.
Menurut Andi et al. (2003), secara umum faktor-faktor yang
potensial untuk mempengaruhi waktu pelaksanaan konstruksi terdiri dari tujuh
kategori, yaitu tenaga kerja, bahan (material),
peralatan (equipment), karakteristik tempat (site characteristics), manajerial (managerial),
keuangan (financial), faktor-faktor lainnya antara lain intensitas curah
hujan, kondisi ekonomi, dan kecelakaan kerja. Sedangkan menurut Proboyo (1999),
secara umum keterlambatan proyek sering terjadi karena adanya perubahan
perencanaan selama proses pelaksanaan, manajerial yang buruk dalam organisasi
kontraktor, rencana kerja yang tidak tersusun dengan baik/terpadu, gambar dan
spesifikasi yang tidak lengkap, ataupun kegagalan kontraktor dalam melaksanakan
pekerjaan.
Proyek
konstruksi merupakan suatu rangkaian kegiatan yang hanya dilaksanakan satu kali
dan umumnya memiliki jangka waktu yang pendek. Dalam rangkaian kegiatan tersebut,
terdapat suatu proses yang mengolah sumber daya proyek menjadi suatu hasil
kegiatan yang berupa bangunan. Proses yang terjadi dalam rangkaian kegiatan
tersebut tentunya melibatkan pihak-pihak yang terkait, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Hubungan antara pihak-pihak yang terlibat dalam suatu
proyek dibedakan atas hubungan fungsional dan hubungan kerja.
Untuk
melaksanakan sebuah proyek konstruksi diperlukan pengelolaan proyek konstruksi
yang baik, sehingga kegagalan yang sifatnya teknis pada biaya, waktu, dan
kualitas pekerjaan proyek dapat diatasi. Salah satu metode pengelolaan yang
dapat diterapkan adalah Manajemen Konstruksi. Manajemen konstruksi adalah suatu
ilmu manajemen yang terdiri dari 3 (tiga) fungsi utama, yaitu perencanaan (planning),
pelaksanaan (construction/ implementing), dan pengendalian (controlling)
yang terintegrasi sebagai suatu sistem yang harus dilakukan, untuk mencapai
sasaran dari suatu proyek yaitu biaya (cost), waktu (time), dan
mutu (quality) agar sesuai dengan persyaratan yang ditentukan. (Imam
Soeharto, 1995).
Berdasarkan
uraian di atas, maka penulis merasa tertarik untuk melakukan sebuah penelitian
tesis yang berjudul : Studi Penerapan Manajemen Konstruksi Pada
Proyek Pembangunan Bandara (Studi Kasus : Bandara International Lombok)”
*) Judul Tesis
**) Mahasiswa Program Magister Teknik Sipil Pada Fakultas Teknik Universitas Brawijaya - Malang angkatan 2011
*) Judul Tesis
**) Mahasiswa Program Magister Teknik Sipil Pada Fakultas Teknik Universitas Brawijaya - Malang angkatan 2011
apa ada studi literaturnya Pak?
BalasHapussalam kenal denny T.sipil ITS